Sekolah Sepak Bola (SSB) sudah menjamur. Di setiap kota yang
kompetisi sepak bolanya berjalan, SSB amat mudah ditemukan. Bagaimana
memilih SSB yang berkualitas? Dari pola latihan, sebagian besar hampir
sama. Tak ada perbedaan secara signifikan. Namun, jika mengamati faktor
nonteknis, banyak perbedaan diantara SSB yang bagus atau biasa-biasa
saja.
Bersama dengan pakar pembinaan sepak bola usia muda yakni Direktur
Teknik Timnas Indonesia, Sutan Harhara, Kami menggunakan kiat-kiat untuk
mengukur keualitas sebuah SSB, dan berikut 5 tips memilih SSB yang
berkualitas serta dilengkapi contoh SSB-nya:
1. SSB Harus Mempunyai Manajemen Organisasi Yang Baik
SSB tak ubahnya sekolah reguler yang tetap membutuhkan orang-orang
yang paham dengan pengembangan pendidikan anak dan pengelolaan sebuah
organisasi. SSB yang berkualitas biasanya memiliki struktur manajemen
yang baik. Misalnya mereka memiliki kepala sekolah, head coach, asisten
pelatih di berbagai level usia, bendahara, fisioterapis, sekretaris atau
bahkan public relation.
Contoh SSB:
a. SSB AS-IOP: Kompleks Gelora Senayan Lap.E, Unit II Senayan, Jakarta.
b. SSB Ricky Yakobi: Jl.Patal Senayan, Jakarta.
c. SSB Villa 2000: Perumahan Pemulang Villa Sektor V, Banten, Telp.0217444521
d. SSB Uni Bandung: Jl.Ahmad Yani, Bandung (Stadion Persib).
e. Makasar Football School (MFS) 2000: Jl.Kartini Makasar, Sulsel, Telp.0411878065
2. SSB Harus Mempunyai Lapangan dan Peralatan Memadai
Lapangan sangat vital bagi sebuah SSB. SSB seharusnya mempunyai
lapangan dengan ukuran standar FIFA plus kualitas rumput yang memadai.
Sementara fasilitas lain seperti ruang ganti pemain, lampu stadion, atau
fitness centre bisa menjadi pertimbangan sekunder.
Selain lapangan, kelengkapan peralatan juga sangat menentukan. SSB
yang berkualitas akan menyediakan semua. Mulai dari perlengkapan latihan
hingga pertandingan resmi, seperti: tone, ketersediaan bola, kostum
latihan, dan kostum pertandingan dalam jumlah memadai sangat penting.
Contoh SSB:
a. SSB Pelita Jaya: POR Pelita Sawangan, Bogor, Telp.0217494439
b. SSB Bina Taruna: Jl.Melati III RT 001/005 No.23 Cakung Timur, Jakarta Timur.
c. SSB Bumi Sriwijaya: Jl.Letnan Yasin RT 014/005 No.792, Palembang, Telp.08127392851
3. SSB Harus Mempunyai Pelatih Bersertifikat
Untuk menjadi pelatih SSB tidak mudah. Seorang pelatih SSB minimal
harus memiliki lisensi C Nasional. Sehingga dia akan sangat paham dengan
Youth Development. Dia akan tahu persis kapan harus latihan, game, atau
pembentukan karakter.
Contoh SSB:
a. SSB Arsenal: Talavera Office Park, 28th floor, Jl.TB.Simatupang, Kav.26, Jakarta, Telp.02175999908.
b. SSB Kediri Putra: Jl.Miri 45, Desa Ngasem, Kec.Gamping Rejo, Kediri, Telp.0354683130
4. SSB Harus Mempunyai Program Latihan Terukur
SSB yang berkualitas akan memiliki program latihan yang terukur.
Acuannya pada ketentuan yang ada di Youth Development. Misalnya, untuk
U-10 yang identik dengan fun game, beberapa SSB ada yang sudah
mewajibkan pemainnya menguasai minimal tiga dari tujuh dasar bermain
bola. Hal ini harus dilakukan karena akan sangat membantu proses
kenaikan ke jenjang yang lebih tinggi. Misalnya ketika masuk level U-14
atau U-15 yang sudah dihadapkan pada situation game atau pertandingan
yang sedungguhnya.
Untuk memudahkan penerapan program itu, SSB yang berkualitas
biasanya akan menyertakan dua pelatih di tiap kategori usia. Contoh SSB:
a. SSB Unibraw: Jl.Watujajar, Malang, Telp.0341572483
b. SSB Tunas Patriot: Kompleks GOR Bekasi, Jl.Ahmad Yani No.2 Bekasi, Telp.02188959265
5. SSB Harus Aktif Berkompetisi dan Berprestasi
Menurut ketentuan FIFA, SSB sebaiknya melakoni 600 jam pertandingan
pertahunnya. Ini artinya, rata-rata setiap pekan bermain di dua laga
resmi. Beberapa SSB besar di Jakarta, Medan, dan Surabaya sadar soal
itu. Mereka pun rutin ikut kompetisi reguler di bawah PSSI, beberapa SSB
menyiasatinya dengan mengadakan turnamen sendiri. Tak masalah jika
hanya diikuti kurang dari 15 SSB.
Contoh SSB:
a. SSB Tunas Mandiri: Jl.Kalimas Mijen 23, Semarang
b. SSB Bina Taruna: Jl.Melati III RT 001/005 No.23 Cakung Timur, Jakarta Timur.